Bicara kekerasan dalam masa pacaran, kerap kita tergoda menyalahkan si cowok semata (jika korban adalah perempuan). Kita semua sependapat pelaku kekerasan itu tidak bertanggungjawab. Namun, kita tidak bisa berhenti pada menjatuhkan vonis pada si cowok. Tentu ada proses timbal balik dimana ada sumbangsih dari pasangan yakni membiarkan dan tidak berbuat apa-apa.
Anak yang pernah dianiaya atau ditelantarkan (diabaikan) orang tuanya di masa kecil akan memendam campuran kemarahan, rasa malu, rasa tidak percaya dan kecemasan yang sifatnya sangat mudah meledak
Berikut dua kasus klien yang kami tangani sebelum menjabarkan tema ini :
Kasus 1
Sandra (samaran) sangat terpukul. Pacarnya mengancam akan memposting fotonya dalam keadaan telanjang di Facebook. Karena ancaman itu, Sandra terpaksa cerita sama Sang Ayah minta pertolongan. Sandra masih kuliah tingkat III di sebuah kota Jawa Timur, Sang Ayah tinggal jauh di Kalimantan. Sandra sungguh merasa tidak berdaya. Sebelum Bento minta hubungan badan dengan Sandra, Bento kerap memukul dengan kasar.
Sesekali Bento mengancam akan mempublikasikan foto foto yang sangat pribadi. Karena tidak tahan, Sandra minta bantuan orang tuanya. Sang Ayah kemudian menghubungi Bento untuk stop hubungan tersebut dan tidak melakukan ancaman itu. Kini giliran Ayah Sandra tegas, mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Kebetulan Sang Ayah punya relasi dengan tentara yang dapat menindak Bento. Akhirnya, Sandra selamat dari hubungan yang sudah sangat tidak sehat.
Kasus 2
Klien kami Santi (samaran) Seorang perempuan yang merasa telat menikah (menurut klien). Akhirnya merasa menyesal karena memaksakan diri untuk menikah. Santi merasa takut, kalau memutuskan hubungan akam sulit berkenalan lagi dengan pria. Cowoknya, Condro (samaran) suka minum alkhohol dan judi.
Tak jarang main tangan kalau keinginannya tak dipenuhi, namun Santi tak berdaya. Dia sayang dan merasa kasihan meninggalkan Cowoknya. Dia punya “iman” pasti Tuhan akan mengubah Condro. Tapi apa daya, baru saja 5 hari menikah, Santi memutuskan lari dari Condro karena merasa tidak sanggup dianiaya dan terus diteror suaminya. Ironis, Perkawinannya hanya berusia lima hari.
Pribadi penganiaya
Punya cowok berperilaku kasar dan menganiaya tentu menyebalkan. Tidak hanya itu, dia sering tampak sebagai pribadi “aneh” dan sulit diprediksi; Kadang baik kadang jahat?. Apakah itu tumbuh begitu saja? Oh tidak!
John N. Briere, seorang dosen di University of Southern California School of Medicine, menemukan relasi antara gejala yang nampak pada orang-orang yang cenderung suka menganiaya dengan masa kanak-kanak yang sangat menderita, terutama yang dilakukan Sang Ayah.
Yang disebut aniaya disini tidak terbatas kepada fisik saja. Yang paling sering dan berbahaya adalah serangan yang terus-menerus terhadap harga diri seorang anak. Apalagi yang dilakukan di depan umum. Seperti kata-kata yang tajam terhadap anak. Inilah yang memberikan sumbangan paling besar terhadap terbentuknya kepribadian seorang penganiaya.
Tanpa disadari anak yang besar dengan aniaya dan terlantar secara emosi, mengalami masalah dengan harga diri. Mereka berusaha keras untuk diterima dan dihargai orang lain. Mereka paling takut kalau ditolak atau ditinggalkan oleh orang-orang yang paling mereka kasihi. Tetapi di sisi lain, mereka tertekan oleh kedekatan hubungan tersebut. Ambivalen yang menyakitkan.
Kecenderungan emosi meledak dan suka memukul disebabkan cowok Anda sejak kecil terbiasa memendam emosi negatif. Setelah bertumpuk barulah dia mengeluarkan emosi itu dalam bentuk tindakan fisik. Pada waktu kecil, ia tidak telatih menyampaikan rasa kecewa dan marah secara verbal, dengan perkataan. Karena tidak ada atmosfernya.
Pribadi penganiaya juga disebabkan oleh adanya kecemburuan patologis cowok pada ceweknya, atau sebaliknya. Dia tidak suka melihat anda ceria dan bahagia saat bersama teman teman anda. Marah dan iri bercampur dalam dirinya saat melihat anda supel dan mudah bergaul.
Dia merasa cemburu karena tidak pernah bisa memiliki hal seperti itu. Di bawah rasa cemburu ini tertanam perasaan rendah diri yang sangat kuat, merasa tidak nyaman terhadap keintiman. Rendahnya rasa percaya diri bisa membuat cowok Anda tidak berdaya dan terkena depresi.
Gejala ini biasa disebut dengan adiksi hubungan. Siklusnya adalah: melekat erat - panik - menolak. Melekat erat - panik - menolak. Mereka suka mengendalikan orang lan. Orang yang seperti ini akhirnya sengsara karena hubungan-hubungannya mudah hancur berantakan dengan sahabat baik atau kerabatnya sendiri.
Anak yang pernah dianiaya atau ditelantarkan (diabaikan) orang tuanya di masa kecil akan memendam campuran kemarahan, rasa malu, rasa tidak percaya dan kecemasan yang sifatnya sangat mudah meledak. Begitu anak ini menjadi dewasa, apa yang dulu dipendamnya akan mulai naik dan meledak ke permukaan.
Sesudah beberapa kali meledak maka kecenderungan menganiaya itu menjadi tertanam di dalam sistem dirinya. Mereka menjadi terprogram untuk melakukan aniaya terhadap orang-orang dekatnya.
Anak yang dulu jadi korban trauma itu sekarang tumbuh menjadi seorang penganiaya. Sebenarnya ada keinginan dia untuk berubah, namun individu sering kali tidak mampu.
Mitos menyesatkan
Mengapa beberapa wanita cenderung meneruskan hubungan pacar meski pasangannya kasar dan suka memukul? Karena individu memelihara mitos: “Ahh cowok saya nantinya juga akan berubah kalau sudah menikah “. Ini sungguh sangat keliru. Tindakan menikah dengan pria yang melakukan kekerasan dan belum bertobat sebelum menikah adalah “gambling”. Mengadu nasib secara bodoh.
Di sisi lain, ada perempuan yang diam saja saat mengalami tindak kekerasan karena melihat ibunya juga mengalami hal yang sama. Lalu si Ibu mengajarkan bahwa itu tidak masalah selama sayang dama suami. Ada kecenderungan patuh pada nilai-nilai tradisional yang salah, seolah melaporkan perbuatan pacar akan membinasakan cinta mereka.
Ironisnya, terkadang mereka menyalahkan diri dan berkata, diri mereka
Ah yang menyebabkan pemukulan itu terjadi. Lalu mendiamkan saja sambil berdoa. tetapi tidak berbuat atau belajar apapun untuk memperbaiki keadaan. Bahkan dalam beberapa kasus yang sudah SAKIT (patologis) ada klien wanita korban KDRT malah stres jika tidak lagi dipukuli pasangannya, karena merasa pasangannya tidak lagi mempedulikannya. Aneh bukan? Biasanya si perempuan ini punya masalah psikilogis juga
Pilihan di tangan Anda
Pacaran adalah masa perkenalan, tidak ada keharusan menikah meski itu cinta pertama Anda. Meski pasangan Anda baik dan kaya. Bahkan dia mengancam anda dengan pelbagai cara. Idealnya Menikah itu sekali seumur hidup, tidak untuk coba-coba. Pernikahan itu diwariskan, dari generasi ke generasi. Terlalu mahal jika menikah karena kasihan atau sudah kadung intim.
Karena itu pertimbangkan dengan sungguh selama masa kenalan itu, apakah anda sesuai dan bisa tinggal bersama seumur hidup. Jika anda menemukan ada hal yang aneh dan membahayakan, seperti kebiasaan kasar dan menganiaya, pertimbangkan ulang. Intinya bijak memilih teman hidup
Pertama, memutuskan hubungan pacaran itu untuk selamanya, karena Anda merasa pasti itu berbahaya bagi Anda meneruskannya meski barang beberapa saat
Kedua, memutuskan hubungan itu sementara untuk menguji cinta kalian . Minta kesediaan pacar Anda menemui konselor atau terapis mendapatkan bantuan. Bisa diberikan batas waktu misal minimal setahun, sampai ada relomendasi dari terapisnya dan Anda yakin perubahan itu signifikan. Usahakan ikut tes kepribadian di pusat konsultasi psikologi, hasilnya akan sangat membantu. Karena bisa menemukan kelainan atau gangguan tertentu.
Ketiga, terbukalah sambil meminta pendapat dari orangtua, saudara, teman dekat atau pembimbing rohani yang mencintai Anda. Dengarkanlah nasehat mereka sambil mendoakan agar ada sejahtera dalam hati Anda. Seringkali nasehat mereka sangat membantu.
Keempat, ubah status dari pacar menjadi teman biasa sambil menjaga jarak. Sementara anda belum punya pacar bisa mendoakan dan memperhatikan perubahan cowok anda. Jika mendapat yang lebih baik bagi Anda, dan menjanjikan masa depan pernikahan yang lebih sehat anda boleh memilih dan memulai lembaran baru
Kasus 1
Sandra (samaran) sangat terpukul. Pacarnya mengancam akan memposting fotonya dalam keadaan telanjang di Facebook. Karena ancaman itu, Sandra terpaksa cerita sama Sang Ayah minta pertolongan. Sandra masih kuliah tingkat III di sebuah kota Jawa Timur, Sang Ayah tinggal jauh di Kalimantan. Sandra sungguh merasa tidak berdaya. Sebelum Bento minta hubungan badan dengan Sandra, Bento kerap memukul dengan kasar.
Sesekali Bento mengancam akan mempublikasikan foto foto yang sangat pribadi. Karena tidak tahan, Sandra minta bantuan orang tuanya. Sang Ayah kemudian menghubungi Bento untuk stop hubungan tersebut dan tidak melakukan ancaman itu. Kini giliran Ayah Sandra tegas, mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Kebetulan Sang Ayah punya relasi dengan tentara yang dapat menindak Bento. Akhirnya, Sandra selamat dari hubungan yang sudah sangat tidak sehat.
Kasus 2
Klien kami Santi (samaran) Seorang perempuan yang merasa telat menikah (menurut klien). Akhirnya merasa menyesal karena memaksakan diri untuk menikah. Santi merasa takut, kalau memutuskan hubungan akam sulit berkenalan lagi dengan pria. Cowoknya, Condro (samaran) suka minum alkhohol dan judi.
Tak jarang main tangan kalau keinginannya tak dipenuhi, namun Santi tak berdaya. Dia sayang dan merasa kasihan meninggalkan Cowoknya. Dia punya “iman” pasti Tuhan akan mengubah Condro. Tapi apa daya, baru saja 5 hari menikah, Santi memutuskan lari dari Condro karena merasa tidak sanggup dianiaya dan terus diteror suaminya. Ironis, Perkawinannya hanya berusia lima hari.
Pribadi penganiaya
Punya cowok berperilaku kasar dan menganiaya tentu menyebalkan. Tidak hanya itu, dia sering tampak sebagai pribadi “aneh” dan sulit diprediksi; Kadang baik kadang jahat?. Apakah itu tumbuh begitu saja? Oh tidak!
John N. Briere, seorang dosen di University of Southern California School of Medicine, menemukan relasi antara gejala yang nampak pada orang-orang yang cenderung suka menganiaya dengan masa kanak-kanak yang sangat menderita, terutama yang dilakukan Sang Ayah.
Yang disebut aniaya disini tidak terbatas kepada fisik saja. Yang paling sering dan berbahaya adalah serangan yang terus-menerus terhadap harga diri seorang anak. Apalagi yang dilakukan di depan umum. Seperti kata-kata yang tajam terhadap anak. Inilah yang memberikan sumbangan paling besar terhadap terbentuknya kepribadian seorang penganiaya.
Tanpa disadari anak yang besar dengan aniaya dan terlantar secara emosi, mengalami masalah dengan harga diri. Mereka berusaha keras untuk diterima dan dihargai orang lain. Mereka paling takut kalau ditolak atau ditinggalkan oleh orang-orang yang paling mereka kasihi. Tetapi di sisi lain, mereka tertekan oleh kedekatan hubungan tersebut. Ambivalen yang menyakitkan.
Kecenderungan emosi meledak dan suka memukul disebabkan cowok Anda sejak kecil terbiasa memendam emosi negatif. Setelah bertumpuk barulah dia mengeluarkan emosi itu dalam bentuk tindakan fisik. Pada waktu kecil, ia tidak telatih menyampaikan rasa kecewa dan marah secara verbal, dengan perkataan. Karena tidak ada atmosfernya.
Pribadi penganiaya juga disebabkan oleh adanya kecemburuan patologis cowok pada ceweknya, atau sebaliknya. Dia tidak suka melihat anda ceria dan bahagia saat bersama teman teman anda. Marah dan iri bercampur dalam dirinya saat melihat anda supel dan mudah bergaul.
Dia merasa cemburu karena tidak pernah bisa memiliki hal seperti itu. Di bawah rasa cemburu ini tertanam perasaan rendah diri yang sangat kuat, merasa tidak nyaman terhadap keintiman. Rendahnya rasa percaya diri bisa membuat cowok Anda tidak berdaya dan terkena depresi.
Gejala ini biasa disebut dengan adiksi hubungan. Siklusnya adalah: melekat erat - panik - menolak. Melekat erat - panik - menolak. Mereka suka mengendalikan orang lan. Orang yang seperti ini akhirnya sengsara karena hubungan-hubungannya mudah hancur berantakan dengan sahabat baik atau kerabatnya sendiri.
Anak yang pernah dianiaya atau ditelantarkan (diabaikan) orang tuanya di masa kecil akan memendam campuran kemarahan, rasa malu, rasa tidak percaya dan kecemasan yang sifatnya sangat mudah meledak. Begitu anak ini menjadi dewasa, apa yang dulu dipendamnya akan mulai naik dan meledak ke permukaan.
Sesudah beberapa kali meledak maka kecenderungan menganiaya itu menjadi tertanam di dalam sistem dirinya. Mereka menjadi terprogram untuk melakukan aniaya terhadap orang-orang dekatnya.
Anak yang dulu jadi korban trauma itu sekarang tumbuh menjadi seorang penganiaya. Sebenarnya ada keinginan dia untuk berubah, namun individu sering kali tidak mampu.
Mitos menyesatkan
Mengapa beberapa wanita cenderung meneruskan hubungan pacar meski pasangannya kasar dan suka memukul? Karena individu memelihara mitos: “Ahh cowok saya nantinya juga akan berubah kalau sudah menikah “. Ini sungguh sangat keliru. Tindakan menikah dengan pria yang melakukan kekerasan dan belum bertobat sebelum menikah adalah “gambling”. Mengadu nasib secara bodoh.
Di sisi lain, ada perempuan yang diam saja saat mengalami tindak kekerasan karena melihat ibunya juga mengalami hal yang sama. Lalu si Ibu mengajarkan bahwa itu tidak masalah selama sayang dama suami. Ada kecenderungan patuh pada nilai-nilai tradisional yang salah, seolah melaporkan perbuatan pacar akan membinasakan cinta mereka.
Ironisnya, terkadang mereka menyalahkan diri dan berkata, diri mereka
Ah yang menyebabkan pemukulan itu terjadi. Lalu mendiamkan saja sambil berdoa. tetapi tidak berbuat atau belajar apapun untuk memperbaiki keadaan. Bahkan dalam beberapa kasus yang sudah SAKIT (patologis) ada klien wanita korban KDRT malah stres jika tidak lagi dipukuli pasangannya, karena merasa pasangannya tidak lagi mempedulikannya. Aneh bukan? Biasanya si perempuan ini punya masalah psikilogis juga
Pilihan di tangan Anda
Pacaran adalah masa perkenalan, tidak ada keharusan menikah meski itu cinta pertama Anda. Meski pasangan Anda baik dan kaya. Bahkan dia mengancam anda dengan pelbagai cara. Idealnya Menikah itu sekali seumur hidup, tidak untuk coba-coba. Pernikahan itu diwariskan, dari generasi ke generasi. Terlalu mahal jika menikah karena kasihan atau sudah kadung intim.
Karena itu pertimbangkan dengan sungguh selama masa kenalan itu, apakah anda sesuai dan bisa tinggal bersama seumur hidup. Jika anda menemukan ada hal yang aneh dan membahayakan, seperti kebiasaan kasar dan menganiaya, pertimbangkan ulang. Intinya bijak memilih teman hidup
Pertama, memutuskan hubungan pacaran itu untuk selamanya, karena Anda merasa pasti itu berbahaya bagi Anda meneruskannya meski barang beberapa saat
Kedua, memutuskan hubungan itu sementara untuk menguji cinta kalian . Minta kesediaan pacar Anda menemui konselor atau terapis mendapatkan bantuan. Bisa diberikan batas waktu misal minimal setahun, sampai ada relomendasi dari terapisnya dan Anda yakin perubahan itu signifikan. Usahakan ikut tes kepribadian di pusat konsultasi psikologi, hasilnya akan sangat membantu. Karena bisa menemukan kelainan atau gangguan tertentu.
Ketiga, terbukalah sambil meminta pendapat dari orangtua, saudara, teman dekat atau pembimbing rohani yang mencintai Anda. Dengarkanlah nasehat mereka sambil mendoakan agar ada sejahtera dalam hati Anda. Seringkali nasehat mereka sangat membantu.
Keempat, ubah status dari pacar menjadi teman biasa sambil menjaga jarak. Sementara anda belum punya pacar bisa mendoakan dan memperhatikan perubahan cowok anda. Jika mendapat yang lebih baik bagi Anda, dan menjanjikan masa depan pernikahan yang lebih sehat anda boleh memilih dan memulai lembaran baru
0 komentar:
Posting Komentar